“Halo, Siapa Namamu?”

“Halo, siapa namamu?”

Aku menunduk. Tatapan mata itu terlalu menghujam jantungku. Kami hanya dipisahkan oleh sebuah meja setinggi dada. Kenanganku akan keberadaannya timbul tenggelam.

“Sekali lagi, siapa namamu?”

Aku menarik nafas panjang. Identitas yang berubah-ubah membuat bibirku kelu. Pentingkah itu baginya? Sudahlah, Tono, Tini, atau apa saja tidak akan mengubah keadaanku saat ini. Tapi aku tetap diam.

“Ok. Kalau begitu kamu tinggal dimana?”

Aku suka pertanyaan yang ini. Baik, aku akan menjawab.

“Saya tinggal di sebuah gang sempit yang kalau pagi ada penjual bubur ayam lewat. Ia pedagang yang baik. Ia sering memberi saya semangkuk bubur ayam gratis. Kalau sore, pedagang siomay gantian yang lewat. Tetangga sebelah rumah suka dengan siomaynya. Katanya lain dengan yang dijual di pasar, lebih terasa udangnya.”

“Bagus,”katanya.

“Untuk apa kamu berada disini?” lanjutnya.

Harusnya aku yang bertanya padanya.

“Maksud Bapak?”

“Ah, sudahlah. Lupakan”

Aku tersenyum lega.

Tak lama kemudian seorang lelaki tua dengan seragam dokter menghampiri kami kemudian menyapa lelaki dihadapanku.

“Hai, Greg. Apa kabar. Bagaimana dengan proyek yang sedang kaukerjakan? Tell me if you need some assistance.”

Lelaki dihadapanku tersenyum lebar, kemudian membentuk huruf O dengan telunjuk dan ibu jarinya. Sebuah tanda ‘berhasil’.

“Wawancara hari ini selesai. Kamu boleh kembali ke tempatmu semula.”

Kembali ke tempatku? Tempat yang mana yang dimaksud?

Aku melihatnya menutup sebuah map yang bertuliskan Lembaga Riset dan Teknologi.

3 tahun kemudian

Aku dapat bernafas lega sekarang. Aku masih hidup, dengan sebuah pilihan yang dibuat oleh orang lain. Meski demikian, pilihan itu telah membantuku untuk melanjutkan terjalnya karang kehidupan ini dengan lebih mudah.

Adalah Greg, lelaki tampan peranakan Jerman-Indonesia, sahabat sekaligus kekasih yang telah mendedikasikan diri dan waktunya untuk sebuah penelitian tentang ingatan. Aku baru tahu ternyata ingatan manusia dapat dihapus sebagian. Menghilangkan yang tidak perlu, dan menambalnya dengan yang lain. Tidak hanya itu. Ia melengkapinya dengan sedikit modifikasi pada kromosom.

Kami bertemu pertama kali kala aku bekerja sebagai barista di sebuah kafe langganannya. Kala namaku masih Suherman. Banyak orang mencemooh hubungan kami. Menganggap kami adalah pasangan yang layak dilaknat Tuhan. Kami tidak perduli. Setelah kurang lebih setahun memadu kasih akhirnya ia mengajakku ke tempat kerjanya dan menjanjikan akan memberiku kehidupan lebih baik asalkan aku mau menuruti semua perintahnya selama tinggal di tempat itu. Ia benar. Sekarang aku merasa lebih baik. Setidaknya kini aku dibuatnya mengerti bahwa menjadi wanita adalah pilihan yang sempurna. Sedikit operasi di bagian tertentu dari tubuhku akan mengukuhkan diriku sebagai manusia baru seperti yang diinginkannya. Wanita baru atau baru wanita. Itulah aku.

Orang disekelilingku berkata aku hanyalah proyek percobaan Greg semata. Hmm…mungkin mereka benar. Sesungguhnya tidak ada cinta di hati Greg untukku. Karena setelah aku menjadi wanita seutuhnya, Greg berpindah ke lain hati.

(Ditulis untuk hari pertama #15HariMenulisBlog)

Penulis: Nastiti Hanafi

Lahir pada Mei 1975. Alumnus Universitas Diponegoro, yang pernah berkarier sebagai manajer di Shipping Company ini menekuni dunia kepenulisan kreatif sejak 2012. Karya-karyanya telah tersiar di sejumlah media nasional seperti harian Media Indonesia, majalah MAJAS dan lain-lain. Pada 2013, novelnya (Bukan) Salah Waktu terpilih sebagai pemenang unggulan dalam Lomba Novel Wanita dalam Cerita Bentang Pustaka, dan diterbitkan oleh lembaga penerbitan yang sama. Selain menulis fiksi (cerpen dan novel), Nastiti yang pernah bermukim di Adelaide Australia (2002-2003) ini juga aktif di sejumlah komunitas pembaca novel-novel asing dan menyiarkan esai kritik buku (book review) dan kolom pengembangan kepribadian di berbagai platform digital. Bermukim di Jakarta. Dapat disapa melalui akun twitter @nastiti_ds maupun Instagram Nastiti Hanafi.

16 tanggapan untuk ““Halo, Siapa Namamu?””

      1. Nast, itu iwin teman kita kah?
        Kasih tahu juga kalo aku juga ada blog…
        Aku pengin tahu apa komentnya…

  1. Hi all.., ( Bloggers & Blogwalkers )

    Assalmu’alaikum..,
    Nastiti bertambah lagi satu Suporter-nya nih … Saya ikut menyemangati ( tapi bukan ikut-ikutan lho ) 🙂

    Tulisan dengan alur yang mengalir dengat sangat tenang bahkan 3/4 akhir cerita yang tiba-tiba terjun bebas hingga hancur terhempas itu, Nastiti tetap bisa menjaganya agar tetap Falling With Style, KEREN 🙂
    ( he he he mungkin sebagian pembaca akan Shock … terkaget-kaget … ada juga yang cengengesan geli sendiri dan ragam ekspresi lainnya pasti hadir dipenutup cerita ini )

    Suka banget !
    Thanks sudah menulis dan membagikan HSNmu …

Tinggalkan komentar